Senin, 28 Februari 2011

Burung, sebuah anugrah atau Pembawa Bencana


Membandingkan sebab musabab kehadiran burung di jakarta, bukanlah pekerjaan mudah, apalagi jika kita membandingkannya dengan singapura atau melbourne . kondisi lingkungan alamnya saja sudah sangat berbeda belum lagi faktor manusianya .
Singapura adalah sebuah lingkungan kota dengan proporsi kawasan hijau yang ideal, meskipun tidak sepenuhnya alami. Hijaunya juga tidak sekadar hijau royo-royo, tetapi hijau berkicau .
Hal ini terwujud karena daerah kawasan hijau disingapura sengaja dikembangkan. Dikawasan ini, pemerintah tidak hanya menyediakan pakan bagi satwa liar (seperti burung dan tupai) tetapi juga menyedeiakan air untuk menunjuang kehidupan liar(wildlife). Model seperti ini disebut pembangunan berwawasan biologi. Menurut mantan menteri lingkungan hidup .
Selain itu masih ada kawasan hutan/hijau semenanjung malaka (malaysia barat) yang ikut menunjang kelestarian kehidupan liar disingapura. Burung jalak pun merasa aman berkeliaran, bahkan di kawasan ramai seperti Orcgard Road yang terkenal itu .
Melbourne lebih hebat daripada disingapura. Selain lingkungan kota mendukung, masyarakatnya juga pro burung dan satwa liar lainnya . burung rossella masuk runag kerja atau rumah,itu hal biasa. Masyarakat pun menyediakan pakan dan minuman unutk burung dihalaman belakang rumah mereka,agar burung-burung itu betah berkunjung tinggal disana.
Bagaimana dengan di jakarta ? di jakarta kawasan hijau terus terkikis dari wamtu ke waktu. Setelah kemayoran , kini giliran muara angke yang menjadi korban penggusuran. Kawasan hijau yang tersisa kini merupakan kantong-kantong yang relatif sempit dan tidak saling berhubungan, dengan demikian kawasan semkin terlihat sempit.
Program penghijauan dijakarta umumnya baru terbatas menciptakan royo-royo baru sebatas memnuhi kebutuhan manusia , belum banyak menyentuh kehidupan satwa liar. Mereka menyediakan makanan hanya untuk mengkap burung. Anak kecil memakai ketapel sedangkan orang dewasa memanggul senapan, itulah yang ada dijakarta. Ketika ada seekor burung bagus, seluruh warga RT sibuk menangkapnya.
Ditangan manusia Tuhan menaruh kepercayaannya kepada makhluk hidup untuk melestarikan budayanya. Selain itu gunakan akal seperti para leluhur ditanah sunda “Burung hiber ku jangjangna, urang hidup ku akalna” yang artinya burung terbang dengan sayapnya, kita hidup dengan akalnya. Begitu juga dengan burung adalah sebuah anugrah dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar